Selasa, 14 April 2020

Analisis Film India tentang Gangguan Dyslexia "Taree Zameen Par"

Assalamualaikum, sahabat pena.
Tak lelahnya tangan ini untuk menuliskan sebuah tulisan dalam sebuah karya. Pikiran ini yang akan selalu berkarya menumpahkan ide pemikiran dalam sebuah tulisan. Tulisan yang akan berubah menjadi kenangan dan tak kan terlupakan. Mengharapkan semoga bisa menebarkan kebermanfaatan. Teruslah berkarya saat raga ini mampu untuk melakukannya. Karya tak akan hilang dan pupus. Walaupun raga ini telah meninggalkan alam semesta. Tulisan ini akan selalu tersimpan dan dikenang.

Hallo, Sahabat pena. 
Dengan kesempatan kali ini, aku mau sedikit membagi ilmu tentang analisis film India nih judulnya Taree Zameen Par. Film ini menceritakan seorang anak yang menderita gangguan dyslexia. Penasaran jalan ceritanya gimana dan pemainnya siapa aja? Makanya kepoin aja tulisan aku ini ya.... Disini aku juga sedikit bahas tentang gangguan dyslexia berdasarkan DSM 5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition) dan PPDGJ-III (Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia , edisi ke 3) juga loh. Tulisannya banyak sih tapi InsyaAllah bisa bermanfaat. Yuk langsung aja dibaca πŸ˜ŠπŸ‘. *Setelah membaca isi blogku ini jangan lupa nonton filmnya juga ya. Kalian bisa langsung search di youtube kok. 

"ANALISIS FILM TAREE ZAMEEN PAR"

A.    Identitas Film 
Judul Film    : Taare Zameen Par
Genre            : Drama Edukasi
Durasi           : 160 menit
Tahun Rilis   : 2007
Sutradara      : Aamir Khan
Pemeran       :

No.
Nama Pemain
Nama di Film
Peran di Film
1.
Darsheel Safary
Ishaan Nandkishore Awasthi
Sebagai Pemeran Utama
2.
Vipin Sharma
Nandkishore Awasthi
Sebagai Ayah Ishaan
3.
Tisca Chopra
Maya Awasthi
Sebagai Ibu Ishaan
4.
Sachet Engineer
Yohaan Awasthi
Sebagai Kakak Ishaan
5.
Aamir Khan
Ram Shankar Nikumbh
Sebagai Guru Pengganti Mata Pelajaran Kesenian Ishaan di Sekolah Asrama
6.
Tanay Chheda
Rajan Damodran
Seagai Teman Dekat Ishaan di Sekolah Asrama
7.
Lalita Lajmi
Lalita Lajmi
Sebagai Juri Kompetisi Menggambar .



B.     Sinopsis Film

Film ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang bernama Ishaan Nandkishore Awasthi (Darsheel Safary). Seorang anak berumur delapan  tahun yang menderita penyakit disleksia, yaitu susah untuk menangkap perintah dan kata-kata orang lain. Setiap kata-kata dan tulisan yang dilihatnya, seolah-olah  tulisannya itu seperti menari-nari. Ayahnya bernama Nandkishore Awasthi  (Vipin Sharma) sedangkan Ibunya bernama Maya Awashi (Tisca Chopra) dan  kakaknya bernama Yohaan Awasthi (Sachet Engineer)Meskipun sudah berusia delapan  tahun Ishaan masih duduk dibangku kelas 3 SD, sebab nilai-nilai sekolah Ishaan sangat buruk dan tidak mengalami  peningkatan selama 2 tahun. Sehingga bagi Ishaan sekolah merupakan tempat yang menakutkan, karena disana dia dijadikan bahan ejekan oleh guru dan teman-temannya atas ketidakmampuannya dalam mengikuti pelajaran. Gurunya sering memarahinya karena dia mempunyai kekurangan tersebut. Akan tetapi, dibalik ketidakmampuannya dalam mengikuti pelajaran, Ishaan memiliki imajinasi yang tinggi dan berbakat dalam bidang seni, terutama seni lukis. Di rumah pun dia tertekan oleh orang tua, terutama oleh ayahnya yang selalu beranggapan bahwa Ishaan anak yang nakal. Hal ini justru berbeda dengan kakaknya (Yohaan) yang selalu mendapatkan prestasi di sekolahnya dan selalu menuruti perintah dari kedua orang tuanya. Sehingga Ayahnya selalu membanding-bandingkan dia dengan kakaknya, ayahnya selalu menekan dia  untuk selalu belajar sesuai dengan orang normal yang lainnya. Ketika dia salah ayahnya selalu memarahinya. ayahnya tidak tahu kondisi yang terjadi kepadanya. Serupa dengan keadaan itu, Ibunya pun sering merasa kebingungan dalam mengajari Ishaan ketika di rumah. Ishaan selalu melakukan kesalahan yang serupa baik dalam menulis maupun berhitung. Ibunya sering merasa sedih dengan keadaan ini, karena anak-anak seusianya dapat melakukan hal-hal itu dengan  sangat mudah, sedangkan Ishaan sangat sulit untuk melakukannya. Di samping itu, Ishaan sering sekali menunjukkan perilaku bermasalah; terlibat perkelahian, berpura-pura sakit, bolos sekolah serta tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh Ishaan, kemudian ayahnya mengirimkan Ishaan ke sekolah asrama yang cukup jauh dari rumah.  Ketika mengetahui niat itu, Ishaan menunjukkan sikap berontak kepada ayahnya.  Dia juga meminta tolong kepada ibunya, agar ayahnya mengurungkan niatnya itu. Usaha yang dilakukan oleh Ishaan tidak membuat niat ayahnya berubah, Ia pun tetap dibawa ke asrama dan berpisah dengan keluarganya. Ishaan menganggap bahwa sekolah di asrama merupakan hukuman yang diberikan oleh orang tua untuk anak-anak yang nakal dan tidak mau menurut. Anggapan itu kemudian diperkuat dengan sikap dan gaya mengajar guru di sekolah yang cenderung keras dengan alasan demi menegakkan kedisiplinan siswa. Suasana kelas dan kegiatan asrama sama sekali tidak dapat dinikmati oleh Ishaan, dan semua guru tetap menganggap dia sebagai siswa yang bodoh. Berbagai hukuman pun diterima sebagai bentuk konsekuensinya. Ishaan diselimuti oleh ketakutan dan kesedihan yang dalam, sehingga membuat dia tidak bersemangat dan tidak mau melakukan apapun termasuk melukis yang selama ini menjadi aktifitas yang Ia gemari. Keadaan itu terus berlangsung sampai datangnya guru seni pengganti yang bernama Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan). Ram mempunyai cara mendidik yang baru, tidak seperti guru lain yang mengikuti norma yang ada dalam mendidik anak-anak. Ram membuat mereka berpikir keluar dari buku-buku, di luar empat dinding kelas dan imajinasi mereka. Setiap anak di kelas merespon  dengan antusiasme yang besar kecuali Ishaan. Sebab itulah, Ram mencoba mengamati dan mencari tahu masalah yang dihadapi oleh Ishaan, termasuk juga tanggapan orang tua tentang keadaannya, akhirnya dia mengetahui bahwa Ishaan adalah anak yang mengalami Disleksia. Walaupun pada awalnya kedua orangtua Ishaan tidak menerima apa yang telah dikatakan oleh Ram, namun setelah Ram menunjukan hasil lukisan Ishaan, baru mereka menyadari bahwa yang diutarakan  oleh Ram tersebut adalah benar. Ram terkejut melihat semua hasil karya Ishaan yang ternyata bakat Ishaan sangat luar biasa, imajinasi seorang anak seperti Ishaan dicurahkan kepada gambar-gambar dan lukisan-lukisan yang sangat indah.  Ram pun mengerti apa yang harus dia lakukan terhadap Ishaan. Ram kemudian menjelaskan kepada kedua orang tua dan guru lainnya, bahwa Ishaan bukan anak yang Idiot, tetapi anak yang sangat khusus dengan bakat sendiri. Berkat waktu, kesabaran dan perawatan, Ram berhasil dalam mendorong tingkat kepercayaan Ishaan. Dia membantu Ishaan dalam mengatasi masalah pelajarannya dan kembali menemukan kepercayaannya yang hilang, serta mau kembali aktif dalam menuangkan imajiansinya dalam lukisan-lukisan yang selama ini menjadi dunianya. Sedikit demi sedikit Ram mengajari Ishaan menulis, membaca dan berhitung. Akhirnya, Ishaan pun dapat membaca menulis juga berhitung seperti teman-temannya. Dan dalam sebuah perlombaan melukis yang diadakan oleh Ram, Ishaan mendapatkan juara 1, mengalahkan Ram sendiri.  Orang tua, guru-guru dan orang-orang disekitar Ishaan menyadari bahwa Ishaan bukan anak yang Idiot, tetapi anak yang sangat khusus dengan bakat seni yang luar biasa. Akhirnya Ishaan menjadi anak yang periang dan bisa bergaul dengan teman-teman lainnya.

C.    Pembahasan Gangguan

       Dalam film ini, tokoh Ishaan Nandkishore Awasthi (Darsheel Safary) yang akan dibahas diduga mengalami Gangguan Membaca atau lebih dikenal dengan istilah disleksia. Selain itu, Ishaan di duga juga mengalami Gangguan Berhitung atau lebih dikenal dengan istilah diskalkulia.
Gangguan pembelajaran biasanya akan menjadi gangguan kronis yang mempengaruhi perkembangan sampai masa dewasa. Anak-anak yang menderita gangguan pembelajaran cenderung memiliki prestasi yang buruk di sekolah dalam hubungannya dengan tingkat inteligensi dan usia mereka. Mereka sering dinilai gagal oleh guru dan keluarga mereka. Tidak mengherankan bahwa anak-anak yang menderita gangguan pembelajaran sering mengalami masalah psikologis lainnya, seperti rendahnya harga diri. Mereka juga memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami ADHD.
DSM-5 menerapkan diagnosis tunggal atas ganguan pembelajaran spesifik  untuk mencakup berbagai jenis gangguan pembelajaran atau disabilitas yang melibatkan kekurangan yang signifikan dalam keterampilan membaca, menulis, aritmetika dan matematika, serta fungsi eksekutif. Kekurangan/defisit ini berdampak signifikan terhadap prestasi akademis. Ini biasanya muncul selama usia sekolah, tetapi mungkin tidak disadari sampai tuntutan akademis melebihi kemampuan individunya, seperti ketika pertama kali menjalani tes berjangka waktu (timed test). Diagnosisnya juga mengharuskan bahwa kekurangan pembelajaran tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh keterlambatan perkembangan intelektual yang umum (yaitu ID) ataupun oleh kondisi neurologis yang medis lainnya. Peneliti harus menentukan kekurangan pembelajaran tertentu yang menghambat fungsi akademis, sosial, atau pekerjaan; atau, seperti yang biasa terjadi, berupa kombinasi kekurangan/defisit tertentu.

1.       Gangguan Membaca (Disleksia)

Disleksia (dyslexia), istilah yang berasal dari bahasa Yunani dys, yang berarti “buruk”, dan lexicon, yang berarti “kata-kata”. Disleksia adalah jenis gangguan pembelajaran (learning disorder) (disebut juga disabilitas belajar) yang paling umum, yang mungkin berjumlah 80% kasus. Orang yang menderita disleksia mengalami kesulitasn dalam membaca meskipun faktanya mereka memiliki kecerdasan atau inteligensi rata-rata.
Anak-anak yang mengalami gangguan pembelajaran spesifik yang meliputi kesulitan membaca memiliki masalah persisten dengan keterampilan dasar membaca. Meskipun DSM-5 tidak menggunakan istilah disleksia, istilah ini masih digunkan secara luas di kalangan guru, klinisi, dan peneliti untuk menggambarkan kekurangan/defisit yang signifikan dalam keterampilan membaca. Disleksia biasanya tampak pada usia 7 tahun, bertepatan dengan kelas dua SD, meskipun kadang-kadang sudah disadari pada usia 6 tahun. Anak-anak dan remaja yang menderita disleksia cenderung lebih rentan terhadap masalah seperti depresi, harga diri yang rendah, dan ADHD.
Adapun kriteria anak yang terkena gangguan membaca atau disleksia di dalam DSM-5, yaitu:
a.       Anak-anak yang menderita disleksia kesulitan dalam memahami atau mengenali kata dasar ataupun memahami apa yang mereka baca, atau mungkin membaca secara perlahan (lambat) ataupun dengan terputus-putus.
b.      Anak-anak yang menderita disleksia tampak memiliki kesulitan membedakan bunyi bicara dasar, seperti “ba” dan “da”, serta menghubungkan bunyi ini dengan huruf-huruf tertentu dari alphabet.
c.       Anak-anak yang menderita disleksia mungkin membaca dengan lambat dan mengalami kesulitan, serta mengubah, menghilangkan, atau mengganti kata-kata ketika membaca dengan suara keras.
d.      Mengalami kesulitan dalam menguraikan huruf-huruf dan kombinasi huruf serta kesulitan menerjemahkannya menjadi suara yang tepat.
e.       Mereka juga mungkin salah dalam mengartikan huruf seperti jungkir-balik (misalnya bingung antara w dan m) atau melihatnya secara terbalik (b dan d).
f.       Memiliki kesulitan dalam menghubungkan suara yang terkait dengan huruf tertentu (misalnya, melihat huruf f atau ph atau gh dan mengucapkan atau mendengar dalam benaknya sebagai suara f).
g.      Banyak penderita disleksia bervariasi sesuai dengan bahasa asli (bahasa ibu). Jumlah yang lebih tinggi terdapat di negara-negara berbahasa Inggris dan Prancis, di mana bahasa tersebut memiliki berbagai cara untuk mengeja kata-kata yang bunyinya sama (misalnya, huruf bunyi “o” yang sama dalam kata “toe” dan “tow”), jumlah yang lebih rendah terdapat di Italia, di mana bahasanya memiliki rasio yang lebih kecil antara jenis suara dan kombinasi huruf.
Disleksia menyerang sekitar 4% anak usia sekolah dan jauh lebih banyak menyerang anak laki-laki ketimbang anak perempuan. Anak laki-laki yang menderita disleksia juga cenderrung menunjukkan perilaku yang mengganggu di kelas ketimbang anak perempuan dan sehingga lebih besar kemungkinan untuk dievaluasi.
Sedangkan di dalam PPDGJ-III menjelaskan kriteria anak yang terkena gangguan membaca atau disleksia, yaitu:
a.       Kemampuan membaca anak harus secara bermakna lebih rendah tingkatannya daripada kemampuan yang diharapkan berdasarkan pada usianya, inteligensia umum, dan tingkatan sekolahnya.
b.      Gangguan perkembangan khas membaca biasanya didahului oleh riwayat gangguan perkembangan berbicara atau berbahasa.
c.       Hakikat yang tepat dari masalah membaca tergantung pada taraf yang diharapkan dari kemampuan membaca, berbahasa, dan tulisan. Namun dalam tahap awal dari belajar membaca tulisan abjad, dapat terjadi kesulitan mengucapkan huruf abjad, menyebut nama yang benar dari tulisan, memberi irama sederhana dari kata-kata yang diucapkan, dan dalam meng-analisis atau mengelompokkan bunyi-bunyi (meskipun ketajaman pendengaran normal).
Kemudian dapat terjadi kesalahan dalam kemampuan membaca lisan, seperti ditunjukkan berikut ini:
(a)    Ada kata-kata atau bagian-bagiannya yang mengalami penghilangan, penggantian, penyimpangan, atau penambahan;
(b)   Kecepatan membaca yang lambat;
(c)    Salah memulai, keraguan yang lama atau kehilangan bagian dari teks dan tidak tepat menyusun kalimat; dan
(d)   Susunan kata-kata yang terbalik dalam kalimat, atau huruf-huruf yang terbalik dalam kata-kata.
Dapat juga terjadi defisit dalam memahami bacaan, seperti diperlihatkan oleh contoh:
(e)    Ketidakmampuan menyebut kembali isi bacaan;
(f)    Ketidakmampuan untuk menarik kesimpulan dari materi bacaan; dan
(g)   Dalam menjawab pertanyaan perihal sesuatu bacaan, lebih menggunakan pengetahuan umum sebagai latar belakang informasi daripada informasi yang berasal dari materi bacaan tersebut.
d.      Gangguan emosional dan/atau perilaku yang menyertai biasanya timbul pada masa usia sekolah. Masalah emosional biasanya lebih banyak pada masa tahun pertama sekolah, tetapi gangguan perilaku dan sindrom hiperaktivitas hampir selalu ada pada akhir masa kanak dan remaja.

2.      Gangguan Keterampilan Berpikir Aritmetika dan Matematika (Diskalkulia)

Anak-anak mungkin memiliki masalah dalam memahami fakta aritmatika dasar, seperti mengejakan penjumlahan atau pengurangan, melakukan perhitungan atau mempelajari tabel perkalian, atau menyelesaikan soal matematika. Masalah ini mungkin tampak sejak anak duduk di kelas 1 (6 tahun) tetapi umumnya tidak disadari sampai anak duduk di kelas 2 atau 3 SD. Anak-anak in mengalami kelemahan dapat terlihat jelas pada keterampilan linguistik, seperti, memahami istilah-istilah, simbol, atau konsep matematis; keterampilan yang berkaitan dengan persepsi seperti membaca tanda-tanda aritmetika; keterampilan memperhatikan seperti meniru nomor-nomor dengan benar; serta keterampilan matematis seperti mempelajari tabel perkalian.
Di dalam PPDGJ-III menjelaskan kriteria anak yang terkena gangguan keterampilan berpikir aritmetika dan matematika atau diskalkulia, yaitu:
a.       Gangguan ini meliputi hendaya (disability/ketidakmampuan) yang khas dalam kemampuan berhitung yang tidak dapat diterangkan berdasarkan adanya retardasi mental umum atau tingkat pendidikan di sekolah yang tidak adekuat (tidak memadai). Kekurangannya ialah penguasaan pada kemampuan dasar berhitung yaitu tambah, kurang, kali, bagi (bukan kemampuan matematik yang lebih abstrak dalam aljabar, trigonometri, geometri, atau kalkulus).
b.      Kemampuan berhitung anak harus secara bermakna lebih rendah daripada tingkat yang seharusnya dicapai berdasarkan usianya, inteligensia umum, tingkat sekolahnya, dan terbaik dinilai dengan cara pemeriksaan untuk kemampuan berhitung yang baku.
c.       Keterampilan membaca dan mengeja harus dalam batas normal sesuai dengan umur mental anak.
d.      Kesulitan dalam berhitung bukan disebabkan pengajaran yang tidak adekuat (tidak memadai), atau efek langsung dari ketajaman penglihatan, pendengaran, atau fungsi neurologis, dan tidak didapatkan sebagai akibat dari gangguan neurologis, gangguan jiwa, atau gangguan lainnya.


D.    Analisis Film

Dalam menganalisis film Taare Zameen Par, kami berfokus pada sosok tokoh utama, yaitu Ishaan Nandkishore Awasthi yang diperankan oleh Darsheel Safary. Dengan penjelasan serta kriteria yang telah disebutkan di atas, benar bahwa Ishaan mengalami Gangguan membaca (dyslexia), dan Gangguan keterampilan berpikir aritmetika dan matematika (diskalkulia). Dengan analisis sebagai berikut:

1.     Gangguan Membaca (disleksia)

a.      Ketidakmampuan untuk menarik kesimpulan atau menjelaskan makna pada puisi dan menarik kesimpulan atau menjelaskan makna dengan lebih menggunakan pengetahuan umum sebagai latar belakang daripada informasi yang berasal dari puisi tersebut.




         Dalam scene di atas, Ishaan di perintahkan oleh guru di sekolah asramanya untuk menafsirkan atau menjelaskan makna puisi yang sudah dibacakan oleh teman sebangkunya, yaitu Rajan Damodran. Ishaan dalam menafsirkan puisi tersebut lebih menggunakan pengetahuan umum sebagai latar belakang indaripada informasi yang berasal dari puisi yang sudah dibacakan. Hal ini terjadi karena Ishaan tidak mampu dalam menarik kesimpulan atau mengambil makna dari puisi tersebut. Anak secara normalnya misalnya ketika dalam membaca kata “Apel” maka hal yang dipikirkan oleh anak tersebut muncul buah apel. Dalam membaca dan menulis itu penting untuk menghubungkan antara suara dengan simbhol agar seorang anak mampu menyimpulkan atau memberi makna dari sebuah kata dan kalimat. Namun, berbeda dengan Ishaan, dia tidak dapat membaca kata tersebut sehingga dia tidak bisa mengerti maknanya. 

b.      Kesulitan mengucapkan huruf abjad.



        Pada scene ini, Ishaan sedang berbicara dengan ibunya tentang tidak ingin dipindahkan ke sekolah asrama. Ishaan meyakinkan ibunya dengan mengatakan “Aku tak mau masuk sekolah asrama, mama” dan Ibunya menjawab “Harus, nak” Ishaan mengatakan “Aku tak ingin pergi”. Ibunya pun tetap memberi pengertian kepada Ishaan dengan mengatakan “Itu sekolah yang bagus”. Namun, Ishaan tetap menangis karena tidak ingin dikirim ke sekolah tersebut. Maka dari itu Ishaan ingin membuktikan ke Ibunya bahwa sebenarnya dia bisa, Ishaan berkata “Aku bisa, aku akan mecoba, Dengar!!. A B C D ..!@%*&)()&@@&%**@! Sungguh, aku tahu semuanya”. Ibunya tidak mampu menhan kesedihan yang dirasakan oleh anaknya maka ibunya hanya mampu memeluknya. Dalam percakapan tersebut telihat pada saaat Ishaan ingin membuktikan bahwa ia bisa, Ishaan hanya menyebutkan huruf abjad A B C D sedangkan sisanya dia melanjutkan dengan pengucapan yang tidak dapat di mengerti. Anak pada usia 8 tahun secara normal biasanya sudah bisa melafalkan huruf abjad dari A hingga Z dan sudah mampu merangkai kata serta kalimat. Namun, Ishaan belum bisa melafalkan huruf abjad sampai Z. Maka dapat dikatakan bahwa Ishaan kesulitan dalam mengucapkan huruf abjad.


c.   Kesulitan dalam membaca secara lisan sebuah kalimat, kecepatan dalam membaca lambat atau terputus-putus serta munculnya keraguan yang lama dalam membaca secara lisan. 


       Dalam scene di atas, Ishaan di perintahkan untuk membacakan sebuah kalimat dan menyebutkan semua kata sifat yang terdapat di dalam buku. Namun, pada saat membacakannya Ishaan sulit sekali dalam menyebutkan susunan huruf tersebut terlihat dalam pengucapannya terdengar seperti terputus-putus sehingga kecepatan dalam membacanya melambat. Selain itu juga Ishaan menunjukkan sikap keraguan yang lama dalam mengucapkan huruf dalam sebuah kalimat.

d.      Kesulitan dalam menghubungkan suara yang terkait dengan huruf tertentu.


           Dalam scene ini, pada saat mengerjakan tugas rumah Ishaan yang di bantu oleh ibunya menunjukkan bahwa ia kesulitan dalam menghubungkan suara yang terkait dengan huruf tertentu. Pada saat ibunya mendiktekan sebuah kata “THE” namun ia menuliskannya dengan huruf “D” Selain itu banyak juga ejaan yang salah yaitu seperti “Tabel” menjadi “Tabl”.
e.      Kesalahan dalam mengartikan huruf seperti jungkir-balik (misalnya bingung antara w dan m) atau melihatnya secara terbalik (b dan d).


        Pada scene di atas masuk dalam bagian percakapan antara keluarga Ishaan dengan guru pengganti mata pelajaran kesenian (Ram Shankar Nikumbh) sekolah asramanya yang mencoba untuk menjelaskan pola kesalahan yang sama terlihat pada tulisan Ishaan di buku tugasnya. Guru Ishaan mengatakan bahwa di dalam tulisan Ishaan terdapat “b” menjadi “d” dan “d” menjadi “b”. Dia bingung dengan huruf-huruf yang sama” (Ujar guru Ishaan sambil menunjukkan tulisan dalam buku Ishaan). Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ishaan mengalami kesulitan dalam mengartikan huruf yang berbentuk hampir sama dan yang membedakannya hanya kebalikannya atau huruf jungkir-balik.

f.     Memiliki berbagai cara untuk mengeja kata-kata yang bunyinya sama (misalnya, huruf bunyi “o” yang sama dalam kata “toe” dan “tow”).




         Di dalam scene di atas terlihat bahwa terdapat percakapan antara keluarga Ishaan dengan guru pengganti mata pelajaran kesenian (Ram Shankar Nikumbh) sekolah asramanya yang mencoba untuk menjelaskan pola kesalahan yang sama terlihat pada tulisan Ishaan di buku tugasnya. Guru Ishaan mengatakan “Dia selalu mencampurkan kata-kata yang sama.” “Coba lihat seperti ini TOP menjadi POT, dan ini SOLID menjadi SOILED” (Ujar guru Ishaan sambil menunjukkan tulisan dalam buku Ishaan). Hal ini menunjukkan bahwa Ishaan memiliki berbagai cara untuk mengeja kata-kata yang bunyinya sama. Misalnya, bunyi huruf “o” yang sama dalam kata “TOP” dan “POT”, selain itu bunyi huruf “I” yang sama dalam kata “SOLID” dan “SOILED”.



2.      Gangguan Keterampilan Berpikir Aritmetika dan Matematika (diskalkulia)

a. Ketidakmampuan dalam menjawab pertanyaan (soal) kemampuan dasar matematika, yaitu perkalian.










        Scene di atas menggambarkan bahwa Ishaan sedang mengerjakan sebuah Ujian Matematika yang dimana soal yang diujikan masih pada pengetahuan matematika dasar seperti perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan. Namun, Ishaan di dalam scene ini menunjukkan perilaku yang tidak biasa dilakukan oleh anak normal yang lainnya. Pada anak normal dalam menyelesaikan soal matematika ini maka dengan cara menjumlahkan 3 sebanyak Sembilan kali atau dengan menjumlahkan 9 sebanyak tiga kali. Namun, yang dilakukan Ishaan ini berbeda. Dalam mengerjakan soal ujian nomor 1 (3 X 9=) dengan penyelesaiannya Ishaan menggunakan imajinasinya. Ishaan berimajinasi bahwa angka-angka tersebut adalah bagian dari benda-benda planet, angka 3 sebagai planet ke 3 yaitu Bumi  dan 9 sebagai planet ke 9 yaitu Pluto. Ishaan menganggap dirinya sebagai kapten angkasawan yang mampu mengedalikan angka-angka tersebut untuk menyelesaikan misinya. Planet ke 3 tersebut akan di tarik ke planet ke 9 dari tata surya. Lalu ia memikirkan jawabannya setelah kedua planet tersebut digabungkan maka angka berapa yang akan dihasilkan. Ternyata setelah planet ke 3 yaitu bumi digabungkan dengan cara dibenturkan ke planet 9 yaitu pluto maka planet ke 9 akan hancur dan menghilang dan Ishaan mengartikan bahwa yang tersisa itu planet ke 3 (angka 3) maka jawaban soal dari 3 X 9 = 3. Dari scene ini dapat disimpulkan bahwa Ishaan mengalami ketidakmampuan dalam menyelesaikan soal matematika dasar yaitu perkalian. Dan dapat dikatakan Ishaan menderita gangguan diskalkulia ini atas dasar bahwa Ishaan kesulitan dalam berhitung bukan disebabkan karena pengajaran yang tidak memadai, atau efek langsung dari ketajaman penglihatan, pendengaran, atau fungsi neurologis, dan tidak didapatkan sebagai akibat dari gangguan neurologis, gangguan jiwa, atau gangguan lainnya.

E.     Kesimpulan

Penderita gangguan membaca atau yang secara umum sering dikenal sebagai sebutan disleksia (dyslexia) ini merupakan salah satu dari gangguan pembelajaran yang selalu menunjukkan masalah pada keterampilan dasar membaca anak. Gangguan membaca ini secara signifikan akan menggagu proses belajar anak sehingga akan mempengaruhi nilai akademik anak. Di dalam film ini menunjukkan bahwa pemeran utama yaitu Ishaan Nandkishore Awasthi yang di perankan oleh Darsheel Safary menderita gangguan membaca. Adapun kriteria-kriteri atau gejala yang dimunculkan oleh Ishaan, diantara lain: (1) Ketidakmampuan untuk menarik kesimpulan atau menjelaskan makna pada puisi dan menarik kesimpulan atau menjelaskan makna dengan lebih menggunakan pengetahuan umum sebagai latar belakang daripada informasi yang berasal dari puisi tersebut, (2) Kesulitan mengucapkan huruf abjad, (3) Kesulitan dalam membaca secara lisan sebuah kalimat, kecepatan dalam membaca lambat atau terputus-putus serta munculnya keraguan yang lama dalam membaca secara lisan, (4) Kesulitan dalam menghubungkan suara yang terkait dengan huruf tertentu, (5) Kesalah dalam mengartikan huruf seperti jungkir-balik (misalnya bingung antara w dan m) atau melihatnya secara terbalik (b dan d), dan (6) Memiliki berbagai cara untuk mengeja kata-kata yang bunyinya sama (misalnya, huruf bunyi “o” yang sama dalam kata “toe” dan “tow”). Berdasarkan kriteria atau gejala yang dimunculkan oleh Ishaan di dalam film tersebut tertera di kriteria DSM-5 dan PPDGJ-III. Maka dapat dikatakan bahwa Ishaan ini diagnosis menderita gangguan membaca atau disleksia (dyslexia).
Sedangkan penderita gangguan keterampilan berpikir aritmetika dan matematika yang sering disebut dengan diskalkulia ini merupakan gangguan pembelajaran yang selalu menunjukkan masalah dalam matematika atau perhitungan dasar pada anak. Di dalam film ini menunjukkan bahwa pemeran utama yaitu Ishaan Nandkishore Awasthi yang di perankan oleh Darsheel Safary selain menderita gangguan membaca, Ishaan juga menderita gangguan keterampilan berpikir aritmetika dan matematika. Adapun kriteria-kriteri atau gejala yang dimunculkan oleh Ishaan, diantara lain: (1) Ketidakmampuan dalam menjawab pertanyaan (soal) kemampuan dasar matematika, yaitu perkalian. Berdasarkan kriteria atau gejala yang dimunculkan oleh Ishaan di dalam film tersebut tertera di kriteria DSM-5 dan PPDGJ-III. Maka dapat dikatakan bahwa Ishaan ini diagnosis menderita gangguan keterampilan berpikir aritmetika dan matematika (diskalkulia). Dan dapat dikatakan Ishaan menderita gangguan keterampilan berpikir aritmetika dan matematika (diskalkulia) ini atas dasar bahwa Ishaan kesulitan dalam berhitung bukan disebabkan karena pengajaran yang tidak memadai, atau efek langsung dari ketajaman penglihatan, pendengaran, atau fungsi neurologis, dan tidak didapatkan sebagai akibat dari gangguan neurologis, gangguan jiwa, atau gangguan lainnya.

Sekian dan terima kasih. Semoga dapat bermanfaat. 
Tersenyumlah dan ciptakan kebahagiaan di sekitarmuπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ’ž
Wassalamu’alaikum, sahabat pena.


MENERAPKAN DISIPLIN POSITIF PADA ANAK

Assalamu'alaikum, sahabat pena.  Hallo guys, gimana kabarnya? Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat dan selalu bahagia,,,Aamiin. Lewa...