Assalamualaikum, sahabat pena.
Tak lelahnya tangan ini untuk
menuliskan sebuah tulisan dalam sebuah karya. Pikiran ini yang akan selalu
berkarya menumpahkan ide pemikiran dalam sebuah tulisan. Tulisan yang akan
berubah menjadi kenangan dan tak kan terlupakan. Mengharapkan semoga bisa
menebarkan kebermanfaatan. Teruslah berkarya saat raga ini mampu untuk
melakukannya. Karya tak akan hilang dan pupus. Walaupun raga ini telah
meninggalkan alam semesta. Tulisan ini akan selalu tersimpan dan dikenang.
Hallo, Sahabat pena.
Hallo, Sahabat pena.
Dengan kesempatan kali ini, aku
mau sedikit membagi ilmu tentang analisis film India nih judulnya Taree
Zameen Par. Film ini menceritakan seorang anak yang menderita gangguan dyslexia.
Penasaran jalan ceritanya gimana dan pemainnya siapa aja? Makanya kepoin aja
tulisan aku ini ya.... Disini aku juga sedikit bahas tentang gangguan dyslexia
berdasarkan DSM 5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
Fifth Edition) dan PPDGJ-III (Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia , edisi ke 3) juga loh. Tulisannya banyak sih tapi
InsyaAllah bisa bermanfaat. Yuk langsung aja dibaca ππ.
*Setelah membaca isi blogku ini jangan lupa nonton filmnya juga ya. Kalian bisa
langsung search di youtube kok.
"ANALISIS FILM TAREE ZAMEEN PAR"
A. Identitas Film
Judul Film : Taare Zameen Par
Judul Film : Taare Zameen Par
Genre : Drama Edukasi
Durasi : 160 menit
Tahun Rilis : 2007
Sutradara : Aamir Khan
Pemeran :
No.
|
Nama
Pemain
|
Nama
di Film
|
Peran
di Film
|
1.
|
Darsheel
Safary
|
Ishaan
Nandkishore Awasthi
|
Sebagai Pemeran Utama
|
2.
|
Vipin
Sharma
|
Nandkishore
Awasthi
|
Sebagai Ayah Ishaan
|
3.
|
Tisca
Chopra
|
Maya
Awasthi
|
Sebagai Ibu Ishaan
|
4.
|
Sachet
Engineer
|
Yohaan
Awasthi
|
Sebagai Kakak Ishaan
|
5.
|
Aamir
Khan
|
Ram
Shankar Nikumbh
|
Sebagai Guru
Pengganti Mata Pelajaran Kesenian Ishaan di Sekolah Asrama
|
6.
|
Tanay
Chheda
|
Rajan
Damodran
|
Seagai Teman Dekat
Ishaan di Sekolah Asrama
|
7.
|
Lalita
Lajmi
|
Lalita
Lajmi
|
Sebagai Juri
Kompetisi Menggambar .
|
B. Sinopsis Film
Film
ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang bernama Ishaan Nandkishore
Awasthi (Darsheel Safary). Seorang anak berumur delapan tahun yang menderita penyakit disleksia, yaitu
susah untuk menangkap perintah dan kata-kata orang lain. Setiap kata-kata dan
tulisan yang dilihatnya, seolah-olah
tulisannya itu seperti menari-nari. Ayahnya bernama Nandkishore Awasthi (Vipin Sharma) sedangkan Ibunya bernama Maya
Awashi (Tisca Chopra) dan kakaknya
bernama Yohaan Awasthi (Sachet Engineer)Meskipun sudah berusia delapan tahun Ishaan masih duduk dibangku kelas 3 SD,
sebab nilai-nilai sekolah Ishaan sangat buruk dan tidak mengalami peningkatan selama 2 tahun. Sehingga bagi
Ishaan sekolah merupakan tempat yang menakutkan, karena disana dia dijadikan
bahan ejekan oleh guru dan teman-temannya atas ketidakmampuannya dalam
mengikuti pelajaran. Gurunya sering memarahinya karena dia mempunyai kekurangan
tersebut. Akan tetapi, dibalik ketidakmampuannya dalam mengikuti pelajaran,
Ishaan memiliki imajinasi yang tinggi dan berbakat dalam bidang seni, terutama
seni lukis. Di rumah pun dia tertekan oleh orang tua, terutama oleh ayahnya
yang selalu beranggapan bahwa Ishaan anak yang nakal. Hal ini justru berbeda
dengan kakaknya (Yohaan) yang selalu mendapatkan prestasi di sekolahnya dan
selalu menuruti perintah dari kedua orang tuanya. Sehingga Ayahnya selalu
membanding-bandingkan dia dengan kakaknya, ayahnya selalu menekan dia untuk selalu belajar sesuai dengan orang
normal yang lainnya. Ketika dia salah ayahnya selalu memarahinya. ayahnya tidak
tahu kondisi yang terjadi kepadanya. Serupa dengan keadaan itu, Ibunya pun
sering merasa kebingungan dalam mengajari Ishaan ketika di rumah. Ishaan selalu
melakukan kesalahan yang serupa baik dalam menulis maupun berhitung. Ibunya
sering merasa sedih dengan keadaan ini, karena anak-anak seusianya dapat
melakukan hal-hal itu dengan sangat
mudah, sedangkan Ishaan sangat sulit untuk melakukannya. Di samping itu, Ishaan
sering sekali menunjukkan perilaku bermasalah; terlibat perkelahian,
berpura-pura sakit, bolos sekolah serta tidak mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru. Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh Ishaan,
kemudian ayahnya mengirimkan Ishaan ke sekolah asrama yang cukup jauh dari
rumah. Ketika mengetahui niat itu,
Ishaan menunjukkan sikap berontak kepada ayahnya. Dia juga meminta tolong kepada ibunya, agar
ayahnya mengurungkan niatnya itu. Usaha yang dilakukan oleh Ishaan tidak
membuat niat ayahnya berubah, Ia pun tetap dibawa ke asrama dan berpisah dengan
keluarganya. Ishaan menganggap bahwa sekolah di asrama merupakan hukuman yang
diberikan oleh orang tua untuk anak-anak yang nakal dan tidak mau menurut.
Anggapan itu kemudian diperkuat dengan sikap dan gaya mengajar guru di sekolah
yang cenderung keras dengan alasan demi menegakkan kedisiplinan siswa. Suasana
kelas dan kegiatan asrama sama sekali tidak dapat dinikmati oleh Ishaan, dan
semua guru tetap menganggap dia sebagai siswa yang bodoh. Berbagai hukuman pun
diterima sebagai bentuk konsekuensinya. Ishaan diselimuti oleh ketakutan dan
kesedihan yang dalam, sehingga membuat dia tidak bersemangat dan tidak mau
melakukan apapun termasuk melukis yang selama ini menjadi aktifitas yang Ia
gemari. Keadaan itu terus berlangsung sampai datangnya guru seni pengganti yang
bernama Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan). Ram mempunyai cara mendidik yang
baru, tidak seperti guru lain yang mengikuti norma yang ada dalam mendidik
anak-anak. Ram membuat mereka berpikir keluar dari buku-buku, di luar empat
dinding kelas dan imajinasi mereka. Setiap anak di kelas merespon dengan antusiasme yang besar kecuali Ishaan.
Sebab itulah, Ram mencoba mengamati dan mencari tahu masalah yang dihadapi oleh
Ishaan, termasuk juga tanggapan orang tua tentang keadaannya, akhirnya dia
mengetahui bahwa Ishaan adalah anak yang mengalami Disleksia. Walaupun pada
awalnya kedua orangtua Ishaan tidak menerima apa yang telah dikatakan oleh Ram,
namun setelah Ram menunjukan hasil lukisan Ishaan, baru mereka menyadari bahwa
yang diutarakan oleh Ram tersebut adalah
benar. Ram terkejut melihat semua hasil karya Ishaan yang ternyata bakat Ishaan
sangat luar biasa, imajinasi seorang anak seperti Ishaan dicurahkan kepada gambar-gambar
dan lukisan-lukisan yang sangat indah.
Ram pun mengerti apa yang harus dia lakukan terhadap Ishaan. Ram
kemudian menjelaskan kepada kedua orang tua dan guru lainnya, bahwa Ishaan
bukan anak yang Idiot, tetapi anak yang sangat khusus dengan bakat sendiri.
Berkat waktu, kesabaran dan perawatan, Ram berhasil dalam mendorong tingkat
kepercayaan Ishaan. Dia membantu Ishaan dalam mengatasi masalah pelajarannya
dan kembali menemukan kepercayaannya yang hilang, serta mau kembali aktif dalam
menuangkan imajiansinya dalam lukisan-lukisan yang selama ini menjadi dunianya.
Sedikit demi sedikit Ram mengajari Ishaan menulis, membaca dan berhitung.
Akhirnya, Ishaan pun dapat membaca menulis juga berhitung seperti
teman-temannya. Dan dalam sebuah perlombaan melukis yang diadakan oleh Ram,
Ishaan mendapatkan juara 1, mengalahkan Ram sendiri. Orang tua, guru-guru dan orang-orang
disekitar Ishaan menyadari bahwa Ishaan bukan anak yang Idiot, tetapi anak yang
sangat khusus dengan bakat seni yang luar biasa. Akhirnya Ishaan menjadi anak
yang periang dan bisa bergaul dengan teman-teman lainnya.
C. Pembahasan Gangguan
Dalam film ini, tokoh
Ishaan Nandkishore Awasthi (Darsheel Safary) yang akan dibahas diduga mengalami
Gangguan Membaca atau lebih dikenal dengan istilah disleksia. Selain
itu, Ishaan di duga juga mengalami Gangguan Berhitung atau lebih dikenal dengan
istilah diskalkulia.
Gangguan
pembelajaran biasanya akan menjadi gangguan kronis yang mempengaruhi
perkembangan sampai masa dewasa. Anak-anak yang menderita gangguan pembelajaran
cenderung memiliki prestasi yang buruk di sekolah dalam hubungannya dengan
tingkat inteligensi dan usia mereka. Mereka sering dinilai gagal oleh guru dan
keluarga mereka. Tidak mengherankan bahwa anak-anak yang menderita gangguan pembelajaran
sering mengalami masalah psikologis lainnya, seperti rendahnya harga diri.
Mereka juga memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami ADHD.
DSM-5
menerapkan diagnosis tunggal atas ganguan pembelajaran spesifik untuk mencakup berbagai jenis gangguan pembelajaran
atau disabilitas yang melibatkan kekurangan yang signifikan dalam keterampilan
membaca, menulis, aritmetika dan matematika, serta fungsi eksekutif.
Kekurangan/defisit ini berdampak signifikan terhadap prestasi akademis. Ini
biasanya muncul selama usia sekolah, tetapi mungkin tidak disadari sampai
tuntutan akademis melebihi kemampuan individunya, seperti ketika pertama kali
menjalani tes berjangka waktu (timed test). Diagnosisnya juga
mengharuskan bahwa kekurangan pembelajaran tidak dapat dijelaskan dengan lebih
baik oleh keterlambatan perkembangan intelektual yang umum (yaitu ID) ataupun
oleh kondisi neurologis yang medis lainnya. Peneliti harus menentukan
kekurangan pembelajaran tertentu yang menghambat fungsi akademis, sosial, atau
pekerjaan; atau, seperti yang biasa terjadi, berupa kombinasi
kekurangan/defisit tertentu.
1. Gangguan Membaca (Disleksia)
Disleksia (dyslexia), istilah
yang berasal dari bahasa Yunani dys, yang berarti “buruk”, dan lexicon,
yang berarti “kata-kata”. Disleksia adalah jenis gangguan pembelajaran
(learning disorder) (disebut juga disabilitas belajar) yang paling umum,
yang mungkin berjumlah 80% kasus. Orang yang menderita disleksia mengalami
kesulitasn dalam membaca meskipun faktanya mereka memiliki kecerdasan atau
inteligensi rata-rata.
Anak-anak yang mengalami
gangguan pembelajaran spesifik yang meliputi kesulitan membaca memiliki masalah
persisten dengan keterampilan dasar membaca. Meskipun DSM-5 tidak
menggunakan istilah disleksia, istilah ini masih digunkan secara luas di
kalangan guru, klinisi, dan peneliti untuk menggambarkan kekurangan/defisit
yang signifikan dalam keterampilan membaca. Disleksia biasanya tampak pada usia
7 tahun, bertepatan dengan kelas dua SD, meskipun kadang-kadang sudah disadari
pada usia 6 tahun. Anak-anak dan remaja yang menderita disleksia cenderung
lebih rentan terhadap masalah seperti depresi, harga diri yang rendah, dan
ADHD.
Adapun kriteria anak yang
terkena gangguan membaca atau disleksia di dalam DSM-5, yaitu:
a.
Anak-anak yang menderita disleksia kesulitan dalam memahami atau
mengenali kata dasar ataupun memahami apa yang mereka baca, atau mungkin
membaca secara perlahan (lambat) ataupun dengan terputus-putus.
b.
Anak-anak yang menderita disleksia tampak memiliki kesulitan membedakan
bunyi bicara dasar, seperti “ba” dan “da”, serta menghubungkan bunyi ini dengan
huruf-huruf tertentu dari alphabet.
c.
Anak-anak yang menderita disleksia mungkin membaca dengan lambat dan mengalami
kesulitan, serta mengubah, menghilangkan, atau mengganti kata-kata ketika
membaca dengan suara keras.
d.
Mengalami kesulitan dalam menguraikan huruf-huruf dan kombinasi huruf
serta kesulitan menerjemahkannya menjadi suara yang tepat.
e.
Mereka juga mungkin salah dalam mengartikan huruf seperti jungkir-balik
(misalnya bingung antara w dan m) atau melihatnya secara terbalik
(b dan d).
f.
Memiliki kesulitan dalam menghubungkan suara yang terkait dengan huruf
tertentu (misalnya, melihat huruf f atau ph atau gh dan
mengucapkan atau mendengar dalam benaknya sebagai suara f).
g.
Banyak penderita disleksia bervariasi sesuai dengan bahasa asli (bahasa
ibu). Jumlah yang lebih tinggi terdapat di negara-negara berbahasa Inggris dan
Prancis, di mana bahasa tersebut memiliki berbagai cara untuk mengeja kata-kata
yang bunyinya sama (misalnya, huruf bunyi “o” yang sama dalam kata “toe” dan
“tow”), jumlah yang lebih rendah terdapat di Italia, di mana bahasanya memiliki
rasio yang lebih kecil antara jenis suara dan kombinasi huruf.
Disleksia menyerang
sekitar 4% anak usia sekolah dan jauh lebih banyak menyerang anak laki-laki
ketimbang anak perempuan. Anak laki-laki yang menderita disleksia juga
cenderrung menunjukkan perilaku yang mengganggu di kelas ketimbang anak
perempuan dan sehingga lebih besar kemungkinan untuk dievaluasi.
Sedangkan di dalam PPDGJ-III
menjelaskan kriteria anak yang terkena gangguan membaca atau disleksia, yaitu:
a.
Kemampuan membaca anak harus secara bermakna lebih rendah tingkatannya
daripada kemampuan yang diharapkan berdasarkan pada usianya, inteligensia umum,
dan tingkatan sekolahnya.
b.
Gangguan perkembangan khas membaca biasanya didahului oleh riwayat
gangguan perkembangan berbicara atau berbahasa.
c.
Hakikat yang tepat dari masalah membaca tergantung pada taraf yang
diharapkan dari kemampuan membaca, berbahasa, dan tulisan. Namun dalam tahap
awal dari belajar membaca tulisan abjad, dapat terjadi kesulitan mengucapkan
huruf abjad, menyebut nama yang benar dari tulisan, memberi irama sederhana
dari kata-kata yang diucapkan, dan dalam meng-analisis atau mengelompokkan
bunyi-bunyi (meskipun ketajaman pendengaran normal).
Kemudian dapat terjadi kesalahan dalam kemampuan membaca lisan, seperti
ditunjukkan berikut ini:
(a)
Ada kata-kata atau bagian-bagiannya yang mengalami penghilangan,
penggantian, penyimpangan, atau penambahan;
(b)
Kecepatan membaca yang lambat;
(c)
Salah memulai, keraguan yang lama atau kehilangan bagian dari teks dan
tidak tepat menyusun kalimat; dan
(d)
Susunan kata-kata yang terbalik dalam kalimat, atau huruf-huruf yang
terbalik dalam kata-kata.
Dapat juga terjadi defisit dalam memahami bacaan, seperti diperlihatkan
oleh contoh:
(e)
Ketidakmampuan menyebut kembali isi bacaan;
(f)
Ketidakmampuan untuk menarik kesimpulan dari materi bacaan; dan
(g)
Dalam menjawab pertanyaan perihal sesuatu bacaan, lebih menggunakan
pengetahuan umum sebagai latar belakang informasi daripada informasi yang
berasal dari materi bacaan tersebut.
d.
Gangguan emosional dan/atau perilaku yang menyertai biasanya timbul pada
masa usia sekolah. Masalah emosional biasanya lebih banyak pada masa tahun
pertama sekolah, tetapi gangguan perilaku dan sindrom hiperaktivitas hampir
selalu ada pada akhir masa kanak dan remaja.
2. Gangguan Keterampilan Berpikir Aritmetika dan
Matematika (Diskalkulia)
Anak-anak mungkin memiliki masalah dalam memahami
fakta aritmatika dasar, seperti mengejakan penjumlahan atau pengurangan,
melakukan perhitungan atau mempelajari tabel perkalian, atau menyelesaikan soal
matematika. Masalah ini mungkin tampak sejak anak duduk di kelas 1 (6 tahun)
tetapi umumnya tidak disadari sampai anak duduk di kelas 2 atau 3 SD. Anak-anak
in mengalami kelemahan dapat terlihat jelas pada keterampilan linguistik,
seperti, memahami istilah-istilah, simbol, atau konsep matematis; keterampilan
yang berkaitan dengan persepsi seperti membaca tanda-tanda aritmetika;
keterampilan memperhatikan seperti meniru nomor-nomor dengan benar; serta
keterampilan matematis seperti mempelajari tabel perkalian.
Di dalam PPDGJ-III
menjelaskan kriteria anak yang terkena gangguan keterampilan berpikir
aritmetika dan matematika atau diskalkulia, yaitu:
a.
Gangguan ini meliputi hendaya (disability/ketidakmampuan) yang
khas dalam kemampuan berhitung yang tidak dapat diterangkan berdasarkan adanya
retardasi mental umum atau tingkat pendidikan di sekolah yang tidak adekuat (tidak
memadai). Kekurangannya ialah penguasaan pada kemampuan dasar berhitung yaitu
tambah, kurang, kali, bagi (bukan kemampuan matematik yang lebih abstrak dalam
aljabar, trigonometri, geometri, atau kalkulus).
b.
Kemampuan berhitung anak harus secara bermakna lebih rendah daripada
tingkat yang seharusnya dicapai berdasarkan usianya, inteligensia umum, tingkat
sekolahnya, dan terbaik dinilai dengan cara pemeriksaan untuk kemampuan
berhitung yang baku.
c.
Keterampilan membaca dan mengeja harus dalam batas normal sesuai dengan
umur mental anak.
d.
Kesulitan dalam berhitung bukan disebabkan pengajaran yang tidak adekuat
(tidak memadai), atau efek langsung dari ketajaman penglihatan, pendengaran,
atau fungsi neurologis, dan tidak didapatkan sebagai akibat dari gangguan
neurologis, gangguan jiwa, atau gangguan lainnya.
D. Analisis Film
Dalam menganalisis film Taare Zameen Par, kami
berfokus pada sosok tokoh utama, yaitu Ishaan Nandkishore Awasthi yang
diperankan oleh Darsheel Safary. Dengan penjelasan serta kriteria yang telah
disebutkan di atas, benar bahwa Ishaan mengalami Gangguan membaca (dyslexia),
dan Gangguan keterampilan berpikir aritmetika dan matematika (diskalkulia).
Dengan analisis sebagai berikut:
1. Gangguan Membaca (disleksia)
a. Ketidakmampuan untuk menarik kesimpulan atau menjelaskan makna pada puisi
dan menarik kesimpulan atau menjelaskan makna dengan lebih menggunakan
pengetahuan umum sebagai latar belakang daripada informasi yang berasal dari
puisi tersebut.
Dalam scene di atas, Ishaan di perintahkan oleh guru di sekolah asramanya
untuk menafsirkan atau menjelaskan makna puisi yang sudah dibacakan oleh teman
sebangkunya, yaitu Rajan Damodran. Ishaan dalam menafsirkan puisi tersebut
lebih menggunakan pengetahuan umum sebagai latar belakang indaripada informasi
yang berasal dari puisi yang sudah dibacakan. Hal ini terjadi karena Ishaan
tidak mampu dalam menarik kesimpulan atau mengambil makna dari puisi tersebut.
Anak secara normalnya misalnya ketika dalam membaca kata “Apel” maka hal yang
dipikirkan oleh anak tersebut muncul buah apel. Dalam membaca dan menulis itu
penting untuk menghubungkan antara suara dengan simbhol agar seorang anak mampu
menyimpulkan atau memberi makna dari sebuah kata dan kalimat. Namun, berbeda
dengan Ishaan, dia tidak dapat membaca kata tersebut sehingga dia tidak bisa
mengerti maknanya.
b.
Kesulitan mengucapkan huruf abjad.
Pada scene ini, Ishaan sedang berbicara dengan ibunya tentang tidak ingin
dipindahkan ke sekolah asrama. Ishaan meyakinkan ibunya dengan mengatakan “Aku
tak mau masuk sekolah asrama, mama” dan Ibunya menjawab “Harus, nak” Ishaan
mengatakan “Aku tak ingin pergi”. Ibunya pun tetap memberi pengertian kepada
Ishaan dengan mengatakan “Itu sekolah yang bagus”. Namun, Ishaan tetap menangis
karena tidak ingin dikirim ke sekolah tersebut. Maka dari itu Ishaan ingin
membuktikan ke Ibunya bahwa sebenarnya dia bisa, Ishaan berkata “Aku bisa, aku
akan mecoba, Dengar!!. A B C D ..!@%*&)()&@@&%**@!
Sungguh, aku tahu semuanya”. Ibunya tidak mampu menhan kesedihan yang dirasakan
oleh anaknya maka ibunya hanya mampu memeluknya. Dalam percakapan tersebut
telihat pada saaat Ishaan ingin membuktikan bahwa ia bisa, Ishaan hanya
menyebutkan huruf abjad A B C D sedangkan sisanya dia melanjutkan dengan
pengucapan yang tidak dapat di mengerti. Anak pada usia 8 tahun secara normal
biasanya sudah bisa melafalkan huruf abjad dari A hingga Z dan sudah mampu
merangkai kata serta kalimat. Namun, Ishaan belum bisa melafalkan huruf abjad
sampai Z. Maka dapat dikatakan bahwa Ishaan kesulitan dalam mengucapkan huruf
abjad.
c. Kesulitan dalam
membaca secara lisan sebuah kalimat, kecepatan dalam membaca lambat atau
terputus-putus serta munculnya keraguan yang lama dalam membaca secara lisan.
Dalam scene di atas,
Ishaan di perintahkan untuk membacakan sebuah kalimat dan menyebutkan semua
kata sifat yang terdapat di dalam buku. Namun, pada saat membacakannya Ishaan
sulit sekali dalam menyebutkan susunan huruf tersebut terlihat dalam
pengucapannya terdengar seperti terputus-putus sehingga kecepatan dalam membacanya
melambat. Selain itu juga Ishaan menunjukkan sikap keraguan yang lama dalam
mengucapkan huruf dalam sebuah kalimat.
d.
Kesulitan dalam menghubungkan suara yang
terkait dengan huruf tertentu.
Dalam scene ini, pada saat mengerjakan tugas rumah Ishaan yang di bantu
oleh ibunya menunjukkan bahwa ia kesulitan dalam menghubungkan suara yang
terkait dengan huruf tertentu. Pada saat ibunya mendiktekan sebuah kata “THE”
namun ia menuliskannya dengan huruf “D” Selain itu banyak juga ejaan yang salah
yaitu seperti “Tabel” menjadi “Tabl”.
e. Kesalahan dalam mengartikan huruf seperti jungkir-balik (misalnya bingung
antara w dan m) atau melihatnya secara terbalik (b dan d).
Pada scene di atas masuk dalam bagian percakapan antara keluarga Ishaan dengan guru pengganti mata
pelajaran kesenian (Ram Shankar Nikumbh) sekolah asramanya yang
mencoba untuk menjelaskan pola kesalahan yang sama terlihat pada tulisan Ishaan
di buku tugasnya. Guru Ishaan mengatakan bahwa di dalam tulisan Ishaan terdapat
“b” menjadi “d” dan “d” menjadi “b”. Dia bingung dengan huruf-huruf yang sama”
(Ujar guru Ishaan sambil menunjukkan tulisan dalam buku Ishaan). Hal ini dapat
disimpulkan bahwa Ishaan mengalami kesulitan dalam mengartikan huruf yang
berbentuk hampir sama dan yang membedakannya hanya kebalikannya atau huruf jungkir-balik.
f. Memiliki berbagai cara untuk mengeja kata-kata yang bunyinya sama
(misalnya, huruf bunyi “o” yang sama dalam kata “toe” dan “tow”).
Di dalam scene di atas terlihat bahwa terdapat percakapan antara keluarga Ishaan dengan guru pengganti mata
pelajaran kesenian (Ram Shankar Nikumbh) sekolah asramanya
yang mencoba untuk menjelaskan pola kesalahan yang sama terlihat pada tulisan
Ishaan di buku tugasnya. Guru Ishaan mengatakan “Dia selalu mencampurkan
kata-kata yang sama.” “Coba lihat seperti ini TOP menjadi POT, dan ini SOLID
menjadi SOILED” (Ujar guru Ishaan sambil menunjukkan tulisan dalam buku
Ishaan). Hal ini menunjukkan bahwa Ishaan memiliki berbagai cara untuk mengeja kata-kata yang bunyinya sama.
Misalnya, bunyi huruf “o” yang sama dalam kata “TOP” dan “POT”, selain itu
bunyi huruf “I” yang sama dalam kata “SOLID” dan “SOILED”.
2. Gangguan Keterampilan Berpikir Aritmetika dan
Matematika (diskalkulia)
a. Ketidakmampuan dalam menjawab pertanyaan (soal) kemampuan
dasar matematika, yaitu perkalian.
Scene
di atas menggambarkan bahwa Ishaan sedang mengerjakan sebuah Ujian Matematika
yang dimana soal yang diujikan masih pada pengetahuan matematika dasar seperti
perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan. Namun, Ishaan di dalam
scene ini menunjukkan perilaku yang tidak biasa dilakukan oleh anak normal yang
lainnya. Pada anak normal dalam menyelesaikan soal matematika ini maka dengan
cara menjumlahkan 3 sebanyak Sembilan kali atau dengan menjumlahkan 9 sebanyak
tiga kali. Namun, yang dilakukan Ishaan ini berbeda. Dalam mengerjakan soal
ujian nomor 1 (3 X 9=) dengan penyelesaiannya Ishaan menggunakan imajinasinya.
Ishaan berimajinasi bahwa angka-angka tersebut adalah bagian dari benda-benda
planet, angka 3 sebagai planet ke 3 yaitu Bumi dan 9 sebagai planet ke 9 yaitu Pluto. Ishaan
menganggap dirinya sebagai kapten angkasawan yang mampu mengedalikan
angka-angka tersebut untuk menyelesaikan misinya. Planet ke 3 tersebut akan di
tarik ke planet ke 9 dari tata surya. Lalu ia memikirkan jawabannya setelah
kedua planet tersebut digabungkan maka angka berapa yang akan dihasilkan.
Ternyata setelah planet ke 3 yaitu bumi digabungkan dengan cara dibenturkan ke
planet 9 yaitu pluto maka planet ke 9 akan hancur dan menghilang dan Ishaan
mengartikan bahwa yang tersisa itu planet ke 3 (angka 3) maka jawaban soal dari
3 X 9 = 3. Dari scene ini dapat disimpulkan bahwa Ishaan mengalami
ketidakmampuan dalam menyelesaikan soal matematika dasar yaitu perkalian. Dan
dapat dikatakan Ishaan menderita gangguan diskalkulia ini atas dasar bahwa
Ishaan kesulitan dalam berhitung bukan
disebabkan karena pengajaran yang tidak memadai, atau efek langsung dari
ketajaman penglihatan, pendengaran, atau fungsi neurologis, dan tidak
didapatkan sebagai akibat dari gangguan neurologis, gangguan jiwa, atau
gangguan lainnya.
E. Kesimpulan
Penderita
gangguan membaca atau yang secara umum sering dikenal sebagai sebutan disleksia
(dyslexia) ini merupakan salah satu dari gangguan pembelajaran yang
selalu menunjukkan masalah pada keterampilan dasar membaca anak. Gangguan
membaca ini secara signifikan akan menggagu proses belajar anak sehingga akan
mempengaruhi nilai akademik anak. Di dalam film ini menunjukkan bahwa pemeran
utama yaitu Ishaan Nandkishore Awasthi yang di perankan oleh Darsheel Safary
menderita gangguan membaca. Adapun kriteria-kriteri atau gejala yang
dimunculkan oleh Ishaan, diantara lain: (1)
Ketidakmampuan untuk menarik kesimpulan atau menjelaskan makna pada puisi dan
menarik kesimpulan atau menjelaskan makna dengan lebih menggunakan pengetahuan
umum sebagai latar belakang daripada informasi yang berasal dari puisi
tersebut, (2) Kesulitan mengucapkan huruf abjad, (3) Kesulitan dalam
membaca secara lisan sebuah kalimat, kecepatan dalam membaca lambat atau
terputus-putus serta munculnya keraguan yang lama dalam membaca secara lisan,
(4) Kesulitan dalam menghubungkan suara
yang terkait dengan huruf tertentu, (5) Kesalah dalam mengartikan huruf seperti
jungkir-balik (misalnya bingung antara w dan m) atau melihatnya
secara terbalik (b dan d), dan (6) Memiliki berbagai cara untuk
mengeja kata-kata yang bunyinya sama (misalnya, huruf bunyi “o” yang sama dalam
kata “toe” dan “tow”). Berdasarkan kriteria atau gejala yang dimunculkan oleh
Ishaan di dalam film tersebut tertera di kriteria DSM-5 dan PPDGJ-III.
Maka dapat dikatakan bahwa Ishaan ini diagnosis menderita gangguan membaca atau
disleksia (dyslexia).
Sedangkan penderita gangguan keterampilan berpikir aritmetika dan
matematika yang sering disebut dengan diskalkulia ini merupakan gangguan
pembelajaran yang selalu menunjukkan masalah dalam matematika atau perhitungan
dasar pada anak. Di dalam film ini menunjukkan bahwa
pemeran utama yaitu Ishaan Nandkishore Awasthi yang di perankan oleh Darsheel
Safary selain menderita gangguan membaca, Ishaan juga menderita gangguan keterampilan berpikir aritmetika dan
matematika. Adapun kriteria-kriteri atau gejala yang dimunculkan oleh
Ishaan, diantara lain: (1)
Ketidakmampuan dalam menjawab pertanyaan (soal) kemampuan dasar matematika,
yaitu perkalian. Berdasarkan kriteria atau gejala yang dimunculkan oleh Ishaan
di dalam film tersebut tertera di kriteria DSM-5 dan PPDGJ-III. Maka
dapat dikatakan bahwa Ishaan ini diagnosis menderita gangguan keterampilan
berpikir aritmetika dan matematika (diskalkulia). Dan dapat
dikatakan Ishaan menderita gangguan
keterampilan berpikir aritmetika dan matematika (diskalkulia) ini
atas dasar bahwa Ishaan kesulitan dalam
berhitung bukan disebabkan karena pengajaran yang tidak memadai, atau efek
langsung dari ketajaman penglihatan, pendengaran, atau fungsi neurologis, dan
tidak didapatkan sebagai akibat dari gangguan neurologis, gangguan jiwa, atau
gangguan lainnya.
Sekian dan terima kasih. Semoga dapat bermanfaat.
Tersenyumlah dan ciptakan kebahagiaan di sekitarmuπππ
Wassalamu’alaikum, sahabat pena.