Senin, 28 Juni 2021

PARENTING

Assalamu'alaikum, sahabat pena. 

Hallo guys, gimana kabar kalian? Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat dan selalu bahagia,,,Aamiin. Lewat tulisan ini aku akan melanjutkan menyampaikan sedikit ilmu yang insyaAllah bisa bermanfaat untuk teman-teman para pembaca. 


MITOS & FAKTA PENDISIPLINAN ANAK SERTA HAL YANG HARUS DIHINDARI


MITOS

FAKTA

1)    Anak kecil itu wajar kalua ingin tahu dan mencoba banyak hal, jadi TIDAK BOLEH DILARANG-LARANG.

1.     Berikan kesempatan, tapi BOLEH DILARANG jika terdapat kemungkinan 3M (Menyakiti diri sendiri, Menyakiti orang lain, dan Merusak barang).

2)    Disiplin baru bisa diterapkan ketika anak sudah cukup dewasa dan “mengerti” (misal: usia sekolah).

2.     Salah satu bentuk pendisiplinan adalah rutinitas. Rutinitas bisa dikenalkan sejak bayi.

3)    Tidak boleh berkata “JANGAN”.

3.     Boleh, tapi sebaiknya tidak terlalu sering. Orang tua dapat memberikan alternatif kata jangan.

Sebagian Ayah, Bunda bahkan sebagian orang pun dalam mengasuh anak kecil pasti sering menggunakan kata jangan untuk melarang anak-anak. Tapi ternyata faktanya kita sebagai orang tua tidak baik loh kalau sering menggunakan kata JANGAN ke anak. Hal tersebut akan berdampak pada ketidakpercayaan anak; anak cenderung akan tumbuh menjadi orang yang penakut, dan sulit dalam pengambilan keputusan. Lalu bagaimana apabila kita sudah terbiasa dengan kata jangan? maka yang harus kita lakukan yaitu mencari kata alternatif dari kata jangan. Yuk di simak apa saja yang bisa menjadi alternatif dari kata JANGAN. 

ALTERNATIF KATA JANGAN

  1. Alasan Logis, berikan alasan yang logis pada anak maka dengan begitu anak akan menerima alasan mengapa ia tidak boleh melakukan hal yang dilarang tersebut. Misal: Anak-anak senang lompat-lompat di kursi. Maka cara kita untuk melarangnya yaitu dengan mengakatakan kepada anak "Kalau lompat-lompat di kursi nanti kamu jatuh"; atau bisa dengan mengatakan atau menjelaskan fungsi dari kursi "kursi ini untuk tempat duduk, bukan untuk lompat-lompat" dan masih banyak lagi kalimat yang dapat digunakan untuk menggantikan kata JANGAN. 
  2. Pemberian Alternatif, memberikan kebebasan pada anak untuk membuat pilihan agar ia tidak lagi melakukan hal yang dilarang. Dengan membiarkan anak memilih maka akan membuat anak dapat lebih kooperatif. 
  3. Boleh, tapi... Mengganti kata "jangan" dengan mengatakan boleh, tapi....Misal: mengatakan "boleh main, tapi selesaikan dulu makanannya ya". Dengan begitu maka anak akan lebih mengerti dan menerima maksud dari apa yang kita inginkan dan apa yang kita katakan, dibandingkan dengan kita menggunakan kata"jangan". 
Dalam pendisiplinan anak ada beberapa hal yang harus dihindari yaitu, sebagai berikut:

HAL-HAL YANG PERLU DI HINDARI 
  1. Mengancam, membentak, melakukan hukuman fisik. Bila anak masih melanggar atau melakukan kesalahan, tidak perlu berteriak untuk mengingatkannya. Maka yang harus dihindari oleh para orang tua yaitu pemahaman atau Statement tentang anak akan "mendengarkan" orang tua ketika nada atau volume suara sudah naik; meningkatkan level stress orang tua dan menurunkan kepercayaan diri anak; dan meningkatnya risiko anak mengalami gangguan emosional dan perilaku. Jadi, bila anak masih melanggar atau melakukan kesalahan, tidak perlu berteriak untuk mengingatkannya, cukup lakukan pendekatan dengan penuh kasih sayang dan perlahan agar anak bisa memperkuat dirinya dengan cara memperbaiki kesalahannya. Perlu sekali diperhatikan juga jangan sekali-kali kita menggunakan kekerasan, baik yang dapat menimbulkan luka maupun yang tidak seperti contohnya memukul, menampar, mencubit, mengguncang badan, dll. Yang terpenting orang tua tidak boleh menyerang secara verbal, karena hal tersebut dapat memberikan dampak pada mental si anak. 
  2. Berbohong. Would you trust a liar? Sebagai orang tua harus menghindari sikap berbohong kepada anak karena hal tersebut dapat menyebabkan anak tidak percaya kepada orang tua. Selain itu, sudah diwajibkan juga sebagai orang tua harus menanamkan bibit kejujuran pada anak. Bibit kejujuran perlu ditanamkan sejak dini. Bibit itu harus dipupuk dan dirawat hingga kelak menjadi pohon yang kuat dan memberi berkah kepada orang lain. Tentunya dalam menanamkan bibit kejujuran ini, sangatlah dibutuhkan peran orang tua atau keluarga. Mengapa? Karena keluarga adalah komunitas utama dan pertama dalam menyemai bibit kejujuran. Orang tua harus menghindari mengajarkan berbohong kepada anak misalnya "saat ada tamu, si anak di suruh menemui tamu dan mengatakan ayah-bundanya pergi ke luar kota, padahal orang tuanya sedang tidur di kamar. Kebohongan semacam ini sering dianggap sepele padahal dari sinilah sistem kebohongan itu dibangun secara masif. 
  3. Memberi Label Negatif. Ayah bunda sebaiknya lebih memperhatikan dengan perkataan yang diucapkan pada anaknya. Jangan biarkan orang tua memberikan label negatif pada anak. Bagi orang tua harus tahu bahwa anak dapat menjadi sebaik atau seburuk label yang diberikan padanya. Selain itu juga, yang perlu diketahui bahwa perkataan yang diucapkan orang tua secara berulang-ulang akan menjadi inner voice anak. 
Pesan singkat yang perlu diperhatikan yaitu penting sekali bagi ayah dan bunda pahami dan selalu diingat bahwa anak sangat membutuhkan apresiasi dari orang tuanya. Maka dari itu, jangan lupa berikan apresiasi pad anak ketika anak tersebut melakukan hal positif. Bentuk apresiasi kepada anak tidak hanya pada bentuk materi tetapi bisa juga dengan perilaku. Cukup dengan kehadiran orang tua untuk anak, berikan kasih sayang kepadanya atau berikan emosi yang positif kepada anak. Sudahkan kalian para orang tua selalu ada untuk anak? meluangkan waktunya untuk anak? Quality time dengan anak? 😊



Ingat ya ayah bunda, anak bisa hebat dan memiliki karakter yang baik itu karena didikan dari orang tua yang hebat, cerdas dan baik juga. Maka dari itu, sebelum memutuskan siap menikah kita harus memiliki pembekalan ilmu mengenai pola asuh anak. 


Sekian dan terima kasih, semoga dapat bermanfaat. 
Tetap tersenyum dan ciptakan kebahagiaan di sekitarmuπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ’ž

Wassalamu'alaikum, salam literasi. 

Selasa, 01 Juni 2021

Tips Agar Si Kecil Paham Aturan & Disiplin Tanpa Harus Marah Atau Bentak

Assalamu'alaikum, sahabat pena. 

Hallo guys, gimana kabar kalian? Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat dan selalu bahagia,,,Aamiin. Lewat tulisan ini aku akan menyampaikan sedikit ilmu yang insyaAllah bisa bermanfaat untuk teman-teman para pembaca setia blogku. Sebagai pengantar ada kata-kata yang ingin ku sampaikan sebagai penyemangat teman-teman di luar sana yang ingin mencoba memulai menulis tapi masih ragu atau takut. 

"Tak lelahnya tangan ini untuk menuliskan sebuah tulisan dalam sebuah karya. Pikiran ini yang akan selalu berkarya menumpahkan ide pemikiran dalam sebuah tulisan. Tulisan yang akan berubah menjadi kenangan dan tak kan terlupakan. Mengharapkan semoga bisa menebarkan kebermanfaatan. Teruslah berkarya saat raga ini mampu untuk melakukannya. Karya tak akan hilang dan pupus. Walaupun raga ini telah meninggalkan alam semesta. Tulisan ini akan selalu tersimpan dan dikenang."

TIPS AGAR SI KECIL PAHAM ATURAN & DISIPLIN TANPA HARUS MARAH ATAU MEMBENTAK


Dengan kesempatan kali ini, aku mau sedikit membagi ilmu untuk para bunda, ayah di luar sana nih, yaitu mengenai mendidik anak secara tepat agar anak dapat disiplin. Nah, ternyata ilmu ini tak hanya diketahui oleh para ayah bunda aja nih tapi, bagi anak muda millenial yang akan menjadi calon orang tua juga harus tahu loh. Jadi, jangan lupa baca tulisan aku sampai akhir ya😊. Yuk langsung aja di simak. 

Beberapa keluhan dari orang tua yang aku temukan yaitu mereka merasa bahwa sudah mendisiplinkan anak, tapi kok hasilnya masih sama saja ya. Kebanyakan mereka mengatakan anaknya akan disiplin apabila anak tersebut di bentak, di marahin dengan suara nada yang tinggi, bahkan beberapa orang tua ada yang menggunakan hukuman. Tapi yang harus diperhatikan para orang tua bahwa dengan membentak atau marah itu juga tidak baik loh bund untuk mental si anak. Karna cara itu akan mempengaruhi perkembangan anak kelak nanti ia dewasa. Lalu harus bagaimana? Ternyata mendisiplinkan anak bukan hal yang mudah ya bund. Kita harus memiliki cara yang tepat untuk mendisiplinkan anak agar tak berdampak pada mentalnya kelak. 

Sebelumnya, apabila kita mendengar kata mendisiplinkan apa yang anda pikirkan? ya, beberapa orang tua pasti menjawab bahwa disiplin ini identik dengan menghukum. Masyarakat sering menyandingkan kata disiplin itu harus ada hukuman. Tapi ternyata jawaban itu kurang tepat bund. Jadi, mendisiplinkan dapat diartikan sebagai mengajarkan. Mengajarkan apa? Mengajarkan nilai-nilai yang penting dan harus dimiliki hingga dewasa (Contohnya: bertanggung jawab, menjaga kebersihan, menghargai orang lain, jujur, dll). Lalu apa itu mendisiplinkan? "The art of getting kids to do what they need to do and not to do what they shouldn't be doing (Heitler, 2011)". Artinya Mendisiplinkan merupakan seni membuat anak-anak melakukan apa yang perlu mereka lakukan dan tidak melakukan apa yang seharusnya tidak mereka lakukan. 

Mendisiplinkan anak itu bukan hanya mengetahui teorinya saja ya bund, tetapi memerlukan praktek yang melibatkan feeling. Jadi, orang tua sangatlah berperan penting nih dalam mendisiplinkan anak. Pertama, orang tua berperan sebagai role model. Orang tua harus bisa menjadi contoh yang baik untuk anak. Misal, anak tidak mau membaca buku karena lebih fokus dengan gadgetnya, maka yang harus dilakukan bunda dan ayah yaitu cukup melakukan baca buku/majalah/koran di depan anak dan usahakan seisi rumah tidak ada yang memegang atau memainkan gadgetnya. Jadikan membaca buku sebagai kegiatan rutinitas bersama. Kedua, orang tua berperan sebagai guru. Orang tua harus memberitahu mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Dengan begitu, bunda dan ayah harus membuat aturan rumah nih. Tapi yang perlu diperhatikan yaitu sebelum membuat aturan rumah, bunda dan ayah harus buat kesepakatan dan berdiskusi dulu ya. Hal tersebut dilakukan agar latihan disiplin pada anak dapat dijadikan sebagai budaya bersama seisi rumah, sehingga anak tidak merasa melakukannya sendirian. 

Tips Membuat Aturan Rumah
  1. Pick Your Battle. Jangan jadikan semuanya menjadi aturan, karena banyak aturan akan menyebabkan kebingungan dan akan menyebabkan aturan tersebut tidak dipatuhi. Jadi, beberapa aturan saja yang diberlakukan agar lebih efektif dan efisien tapi tetap berjalan. 
  2. Sesuaikan dengan Kemampuan Anak. Dalam pembuatan aturan, bunda dan ayah juga harus mengetahui tahapan dan tugas perkembangan anak sehingga dapat disesuaikan dengan kemampuan anak. Coba mulailah dari perilaku yang mudah dan sesuaikanlah dengan usia anak. Misalnya rutinitas sehari-hari seperti waktu belajar, waktu makan, waktu tidur, waktu sholat dan mengaji, dll. 
  3. Diskusikan Kesiapan Orang Rumah. Paling utama diskusikanlah dengan pasangan atau bisa diskusikan dengan orang terdekat anak seperti kakek, nenek, pengasuh. Hal ini sangatlah penting ya bund, karena bertujuan agar peraturannya dapat disepakati oleh orang rumah dan peraturan akan berjalan dengan semestinya.
  4. Libatkan Anak dalam Aturan. Salah satu cara agar anak dengan mudahnya mau mematuhi peraturan yang telah dibuat maka kita sebagai orang tua harus melibatkan anak dalam pembuatan aturan. Misal, Orang tua membuat aturan anak boleh menggunakan gadget asalkan sudah menyelesaikan tugas sekolahnya. Hal tersebut harus tanyakan terlebih dahulu kepada anak mau seperti apa. Biarkan anak bebas dalam membuat keputusan dan tetap didampingi agar ia juga bisa bertanggung jawab dengan keputusannya. Dengan begitu anak akan memungkinkan menjalankan peraturan yang telah di buat. 
  5. Buat Pengingat Visual. Sebagai orang tua juga harus kreatif membuat tulisan secara visual agar anak dengan mudah selalu mengingat aturan yang telah dibuat di dalam rumahnya. Misal, membuat tulisan di sticky notes "Rapihkan mainan setelah selesai bermain" dan tempelkan di ruang bermain anak. Tulisan tersebut bisa di kreasikan dengan semenarik mungkin agar dapat menarik perhatian anak. 
7 Prinsip Mendisiplinkan Anak 
  1. Untuk yang tidak boleh: if you can, prevent.  Sebisa mungkin dicegah hal-hal yang menyebabkan konflik dan tindakan yang membahayakan anak. Tetapi ingat ya bund, jangan sedikit-sedikit melarang anak untuk melakukan sesuatu. Perhatikan saja apa yang dikerjakan anak apabila berbahaya maka larang dengan baik-baik dan dengan memberikan alasan yang logis. Biarkan anak mengeksplore lingkungannya sehingga anak akan tumbuh menjadi anak yang pemberani dengan pengetahuan yang luas dan tidak menjadi anak yang penakut.
  2. Always be calm first. Ketika anak masih melanggar atau melakukan kesalahan maka sebagai orang tua tidak perlu berteriak untuk mengingatkannya. Cukup contohkan bagaimana seharusnya dan orang tua harus bisa menerapkan STOP (Stop, Tarik nafas, Observasi, Perlahan lanjutkan). Stop yaitu Orang tua harus berhenti terlebih dahulu, harus mencoba calm terlebih dahulu agar bisa menenangkan diri. Misal, bunda ke kamar terlebih dahulu untuk istirahat dan memberikan kesempatan kepada pasangan/suami untuk menemani anak. Setelah kondisi emosi bunda sudah baik-baik saja maka bunda sudah bisa menemani anak kembali dan jangan lupa memberikan penjelasan kepada anak mengenai perilakunya bahwa yang dilakukan itu belum tepat, berikan penjelasan agar anak tidak melanggar atau melakukan kesalahan lagi. Selanjutnya tarik nafas, cara ini dapat membantu bunda dan ayah untuk lebih tenang dan membuat lebih rileks. Kemudian observasi, lakukan observasi seobjektif mungkin. Mungkin bisa jadi anak melakukan kesalahan karna memang orang tuanya. Misal, tiba-tiba anak marah dan tidak mau diatur. Nah, sebaiknya kita harus mengobservasi terlebih dahulu, marahnya karena apa ya? apa sebenarnya karena bunda atau ayah sedang lelah dengan pekerjaan atau ada faktor yang lainnya. Terakhir, perlahan lanjutkan kembali aktivitas bunda dengan anak seperti biasa ya. Perlu diingat juga ya, kita harus menghindari penerapan disiplin berupa penarikan kasih sayang seperti bentuk pengabaian, mengisolasi, menunjukkan rasa tidak suka pada anak, dll. Hal tersebut akan berdampak buruk bagi perkembangan harga diri dan pembentukan rasa aman anak akan pemenuhan kasih sayang. 
  3. Cobalah mengerti. Sebagai orang tua wajib dan sangatlah penting mengetahui dan memahami tahapan dan tugas perkembangan anak. 
  4. Connet and Redirect. Orang tua harus bisa connect secara emosional yaitu dengan cara dekati, peluk, dan sampaikanlah yang ingin dibicarakan. Biasanya dengan sentuhan akan lebih melekatkan hubungan orang tua dengan anak. Kemudian orang tua juga harus bisa redirect yaitu memberikan arahan atau solusi dengan tawaran yang baik sesuai dengan aturan yang semestinya dan menggunakan alternatif pilihan. Misal, Anak terlalu lama bermain gadget maka orang tua harus bijak yaitu dengan memberikan arahan agar tidak terlalu lama bermain gadget karena akan membahayakan kesehatan mata. Setelah itu berikan solusi dengan cara memberikan alternatif pilihan yaitu misal boleh bermain gadget 5 menit saja setelah membaca buku atau tidak sama sekali bermain gadget dan bisa dengan alternatif pilihan yang lainnya. 
  5. Konsisten. Akan lebih mudah membentuk kedisiplinan itu dengan keteraturan dan jadikan rutinitas dalam pengasuhan pembentukan karakter anak. 
  6. Konsekuensi logis dan segera. Memberikan contoh yang logis dan natural. Misal, Anak membanting-membanting mainan maka konsekuensinya yaitu mainannya diambil agar anak tidak merusak mainannya. Jangan memberikan konsekuensi yang tidak logis seperti contohnya memarahinya, memukul atau membentak. 
  7. Arahan singkat dan jelas. Berikan arahan dengan kata-kata yang dapat di mengerti dan di pahami dengan mudah oleh anak agar anak dapat memperbaiki perilakunya atau tindakannya. Sesuaikan dengan perkembangan kognitif pada anak. Jangan kita berbicara atau memarahinya dengan panjang x tinggi x lebar tapi sebenarnya anak tidak mengerti makna dari pembicaraan kita. 
Ingat ya bunda, ayah, anak itu bisa hebat dan memiliki karakter yang baik itu karena didikan dari orang tua yang hebat, cerdas dan baik juga. Maka dari itu sebelum memutuskan siap menikah kita harus memiliki pembekalan ilmu mengenai pola asuh anak. 

Dan maaf ternyata tema pembahasan pendisiplinan anak ini belum selesai bund, InsyaAllah aku akan lanjutkan di tulisan/postingan selanjutnya ya. 

Sekian dan terima kasih, semoga dapat bermanfaat. 
Tetap tersenyum dan ciptakan kebahagiaan di sekitarmuπŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ’ž

Wassalamu'alaikum, salam literasi. 



MENERAPKAN DISIPLIN POSITIF PADA ANAK

Assalamu'alaikum, sahabat pena.  Hallo guys, gimana kabarnya? Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat dan selalu bahagia,,,Aamiin. Lewa...